Minggu, 02 Desember 2012

contoh karya ilmiah tawuran pelajar

FENOMENA TAWURAN PELAJAR














DISUSUN OLEH :
AMIN RUSDI














MA AL HIDAYAH 1 PURWAREJA KLAMPOK
PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA, JAWA TENGAH
2012 
LEMBAR PENGESAHAN

FENOMENA TAWURAN PELAJAR



DISUSUN OLEH :
AMIN RUSDI


KARYA ILMIAH
Disetujui dan disahkan pada tanggal 30 November 2012 di MA Al Hidayah 1 Purwareja Klampok, untuk menuntaskan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia membuat karya ilmiah


Guru Mapel Bahasa Indonesia Guru Pembimbing


Titis Martina,S.Pd Yuni wardiati,S.Pd


Mengetahui
Kepala Sekolah


H.Basirun Akhmad,S.Pd

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah.swt. karena dengan pertolongan-NYA kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Fenomena Tawuran Pelajar”. Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah.swt. meridloi segala usaha kami. Amiiin.


penulis













DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………......... i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………....... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………........ iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......... iv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….………….. … 1
A. Latar Belakang Masalah ………………….......……………...................... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………................... 1
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………........... …….. 2
D. Manfaat Penulisan ..............…………………………....................... …….. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Tawuran Pelajar .............................................................. ........... 3
B. Faktor-Faktor Penyebab Tawuran ............................................................... 3
C. Dampak Negatif Tawuran Pelajar ............................................................... 4
D. Upaya Menanggulangi Tawuran Pelajar ......................... .................. 4
BAB III PENUTUP ...................................................................... ........ 7
A. Kesimpulan................................................................................................... 7
B. Saran .............................................................................. ......... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... ......... 8







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Itu sebabnya dalam karya ilmiah ini mengangkat judul Fenomena Tawuran Pelajar. Tawuran sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Namun yang saat ini menjadi sorotan adalah tawuran antar pelajar. Mengingat mereka adalah calon-calon penentu masa depan Negara Indonesia yang tercinta ini.
Dari bulan Januari sampai November tahun 2012, telah terjadi 86 kasus tawuran di berbagai daerah Indonesia dan telah menewaskan 16 pelajar. (tempo.com). Tawuran seperti sudah menjadi tren. Bagaimana tidak, dari tahun ke tahun kasus tawuran meningkat jumlahnya.
Baru-baru ini kita dipanaskan lagi dengan budaya tawuran di antara para pelajar. Sampai-sampai menelan korban jiwa. Dan sungguh sadis, tawuran kali ini bukan hanya main dengan tangan, tetapi lebih dari itu menggunakan senjata tajam.Seringkali masalahnya sederhana, bermula saling ejek di FB. Adapula tradisi permusuhan antar sekolah yang teerjadi turun temurun. Sehingga stigma rivalitasnya akan terus ada bak “Tom and Jerry” yang tak pernah akur.
Tawuran pelajar saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Perilaku tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cedera, tetapi sudah merenggut ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun terakhir. “Miris”, itulah yang terfikir di benak kita ketika menyaksikan rangkaian peristiwa tawuran dan kekerasan yang dilakukan oleh sebagian pelajar mahasiswa di Negeri ini. Namun inilah fenomena nyata yang terjadi di dunia pendidikan kita.
B. Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadi kasus tawuran antar pelajar?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari tawuran?
3. Bagaimana upaya preventif dan represif dari tawuran?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar, dampak yang ditimbulkan dari tawuran, serta menelaah bagaimana upaya preventif dan represif dari tawuran

D. Manfaat Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai fenomena tawuran pelajar di berbagai daerah di Indonesia, serta mengetahui factor penyebab, dampak negatif dan upaya menanggulangi tawuran pelajar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawuran Pelajar

Menurut KBBI, Tawuran Pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang berwujud perkelahian antar banyak pelajar.

B. Faktor-Faktor Penyebab Tawuran

1. Faktor Internal

a. Kurangnya Didikan Agama
Faktor internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudah bagus, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dan ketika ia sudah merasa bahwa Allah swt selalu mengamatinya setiap saat dan di manapun itu, pasti ia mendapat petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut.
Nabi SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan,maka Allah akan memahamkan dia tentang agama”. (HR.Bukhori)
Jadi tidak semua anak mesti cerdas. Jika hanya cerdas namun tidak berakhlak mulia, maka ia akan jadi anak yang nakal dan brutal, apalagi jika ditambah jauh dari agama.

b. Pengaruh Teman
Faktor lain yang masuk faktor internal adalah lingkungan pergaulan yang jelek.
Seperti yang Nabi SAW jelaskan dalam hadits yang artinya : “seseorang yang duduk dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun bertemna dengan pandai besi,jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR.Bukhori)
Hadits ini menunjukan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat member manfaat dalam agama dan dunia.

2. Faktor Eksternal
a. Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua
Saat ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah, orang tua hanya sibuk mencari nafkah sehingga kesempatan untuk bertemu dan tempat curhat bagi anak sangatlah sedikit, terlebih mendapatkan perhatian. Jika yang didapatinya pergaulan yang jelek, akibatnya ia pun akan ikut jadi anak yang rusak dan brutal.

b. Faktor Ekonomi
Biasanya para pelaku tawuran dilakukan oleh golongan pelajar menengah ke bawah. Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasanbahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskansegala ketidakberdayaanya lewat aksi perkelahian. Karena di antara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dianggap jagoan.
(sumber: www.remajaislam.com)

C. Dampak Negatif Tawuran Pelajar

Dampak negatif tawuran pelajar sangat jelas merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari tawuran pelajar.
Pertama, pelajar (dan keluarga) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
Kedua, rusaknya fasilitas umum di mana lokasi tawuran berlangsung. Misalnya di jalan raya, maka akan mengakibatkan rusaknya fasilitas jalan raya, bahkan kendaraan yang melewati lokasi tersebut.
Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah.
Keempat, mungkin adlah yang paling dikhawatirkan para pendidik, yaitu berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.


D. Upaya Menanggulangi Tawuran Pelajar

1. Upaya Preventiv
Upaya-upaya preventiv atau upaya pencegahan agar tidak terjadi tawuran bisa dilakukan dengan:
a. Memasukkan kembali mata pelajaran budi pekerti yang selaras dengan norma-norma agama mulai dari SD samapi SMA.
b. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler.
c. Memberdayakan guru bimbingan penyuluhan/konseling dan lembaga konseling lainnya.
d. Mengusulkan kepada pemda setempat agar menyediakan transportasi khusus anak sekolah.
e. Melakukan kajian ilmiah tentang terjadinya tawuran
f. Meningkatkan kepedulian masarakat untuk mencegah terjadinya tawuran sebagai bagian dari pencegahan kekerasan di masyarakat.
g. Pengawasan ketat media yang menyajikan adegan kekerasan.
h. Meningkatkan keamanan terpadu antara sekolah,kepolisian dan masyarakat.
i. Dialog interaktif antara siswa,guru, dan orang tua serta pemerintah.
j. Sosialisasi bahaya tawuran kepada siswa,guru,orang tua,tokoh agama, tokoh masyarakat melalui tatap muka, media cetak dan elektronik.
k. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak.
l. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
m. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman


2. Upaya Represiv

Upaya menangani peristiwa tawuran pelajar yang sudah terjadi bisa dilakukan oleh beberapa pihak. Seperti:
Kedepankan Tindakan Persuasif
ADA dua tindakan yang diambil polisi terhadap para pelaku tawuran antar kelompok pemuda di kota ini. Yakni, tindakan persuasif berupa pembinaan dan tindakan represif dengan menangkap para pemicu tawuran tersebut.

Namun, polisi tidak serta merta menempuh upaya represif. Tetapi, polisi lebih mengedepankan pembinaan. Terutama membina para pimpinan kelompok pemuda yang sering bentrok, atau lebih sering disebut "panglima perang".

Kepala Bagian Operasional Polrestabes Makassar, AKBP Audy AH Manus mengatakan, hingga saat ini pihaknya telah mengamankan sejumlah pelaku tawuran. Umumnya sudah diproses secara pidana maupun dilakukan pembinaan agar tidak mengulangi lagi perbuatannya.

"Pada prinsipnya, dalam penanganan aksi tawuran antar kelompok pemuda ini, kami selalu menindak lanjuti dengan tindakan tegas. Tetapi, kami lebih mengedepankan langkah persuasif atau pembinaan," terang Audy, Minggu, 31 Oktober.




BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan, dapat disimpulkan bahwa tawuran pelajar disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Tawuran pelajar member dampak buruk bagi masa depan bangsa dan dunia pendidikan. Upaya preventif merupakan solusi untuk meminimalisir terjadinya kasus-kasus tawuran antar pelajar. Di antaranya ialah:
a. Memasukkan kembali mata pelajaran budi pekerti yang selaras dengan norma-norma agama mulai dari SD samapi SMA.
b. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.
c. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
d. Meningkatkan keamanan terpadu antara sekolah,kepolisian dan masyarakat.
e. Memberdayakan guru bimbingan penyuluhan/konseling dan lembaga konseling lainnya.


B. SARAN
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mengharapkan agar :
1. Menanamkan akhlak yang baik kepada anak sejak dini sangat diperlukan dalam membentuk manusia yang berakhlakul karimah saat besar nanti.
2. Para pelajar bertingkah laku positif baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
3. Pihak sekolah mengawasi secara serius terhadap tiap kejadian yang dialami siswa yang mendekati pada tindakan kriminalitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html (24 november 2012)
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/26/064432006/Apa-Penyebab-Tawuran-Pelajar (24 November 2012)
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/09/makalah-dampak-tawuran-pelajar.html (24 November 2012
http://metronews.fajar.co.id/read/108761/61/iklan/index.php (27 November 2012)
http://www.radar-karawang.com/2012/11/atasi-tawuran-polsek-rengasdengklok.html (28 november 2012)

Sabtu, 03 November 2012

lirik lagu god hates us avenged sevenfold

-->
  GOD HATES US

TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!

You wanna hear my side?
You need to drown to know.
When all the times it hurt me to fuck you,
I built a wall with your blood to show!

GOD SAVE US!
GOD SAVE US ALL!
GOD HATES US!
GOD HATES US ALL!

TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!

Nothing to heal.
No one to break.
You'll stand in row now
Theres nothing to take.
Nothing to trust.
No one to fake.
You'll find out soon
No doubt its best if we just blow up.
(LIES!)

My infiltrated mind.
My lacerated soul.
You took me years
Create me control you.
Why let myself around with you aside?

GOD SAVE US!
GOD SAVE US ALL!
GOD HATES US!
GOD HATES US ALL!

TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!

LIE RAPE KILL
LOVE HATE FEAR

You better take your time
(LIE RAPE KILL)
You better take it slow
Cause when you see the one
(LOVE HATE FEAR)
Theres nothing left to show.

TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!
TOTAL NIGHTMARE!

Selasa, 23 Oktober 2012

Lirik lagu avenged sevenfold carry on by amin rusdi

Some people live their selfish desire
Some choose to shout when they speak, and they’ll be the start
Guarding the flame of those deep in fire
Seeking out those with a voice
One for tomorrow

They say we’ve lost our minds, we’ve just gained control


Search endlessly, fight till we’re free

Fly past the edge of the sea
No bended knee, no mockery
Somehow we still carry on

Silence your fear, we’ve got to move higher

Out lock the stars in the sky
Guarding us all
Battle the will of those who conspire
Take back the passion to live, vanish the sorrow

Destroys their perfect crime, watch the power fold


Search endlessly, fight till we’re free

Fly past the edge of the sea
No bended knee, no mockery
Somehow we still carry on

Search endlessly, fight till we’re free

Fly past the edge of the sea
No bended knee, no mockery
Somehow we still carry on
Carry on...

Sabtu, 19 Mei 2012

hukum bershalawat dengan rebana

Bagaimana Cara Shalawat Yang Sesuai Sunnah, Dan Bolehkah Shalawat Diiringi Dengan Rebana?

SHALAWAT DIIRINGI REBANA?


Pertanyaan.
Ana ingin menanyakan masalah amaliyah yang membingungkan, yaitu masalah shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1. Apakah shalawat ini banyak macamnya?
2. Bagaimana cara mengamalkan shalawat yang benar berdasarkan sunnah Rasulullah? Apakah dilakukan sendiri atau berjama'ah, dengan suara keras atau sirr (pelan)?
3. Bolehkah sambil diiringi rebana (alat musik)?

[Abdullah S.Aga. Kota Kembang, Jawa Barat]

Jawaban.
Alhamdulillah, sebelum menjawab pertanyaan saudara Abdullah S.Aga, kami ingin menyampaikan, bahwa amal ibadah akan diterima oleh Allah jika memenuhi syarat-syarat diterimanya ibadah. Yaitu ibadah itu dilakukan oleh orang yang beriman, dengan ikhlas dan sesuai Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Akan tetapi pada zaman ini, alangkah banyaknya orang yang tidak memperdulikan syarat-syarat di atas. Maka pertanyaan yang saudara ajukan ini merupakan suatu langkah kepedulian terhadap Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memberi taufiq kepada kita di atas jalan yang lurus.

Perlu kami sampaikan, bahwasannya shalawat kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Tetapi banyak sekali penyimpangan dan bid'ah yang dilakukan banyak orang seputar shalawat Nabi. Berikut ini jawaban kami terhadap pertanyaan saudara.

1. Shalawat Nabi memang banyak macamnya. Namun secara global dapat dibagi menjadi dua.

a. Shalawat Yang Disyari'atkan.
Yaitu shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bentuk shalawat ini ada beberapa macam. Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab Shifat Shalat Nabi menyebutkan ada tujuh bentuk shalawat dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat hafizhahullah di dalam kitab beliau, Sifat Shalawat & Salam, membawakan delapan riwayat tentang sifat shalawat Nabi.

Di antara bentuk shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

(Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kamaa shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, innaKa Hamidum Majid. Allahumma barik (dalam satu riwayat, wa barik, tanpa Allahumma) 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaKa Hamiidum Majid).

Ya, Allah. Berilah (yakni, tambahkanlah) shalawat (sanjungan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya, Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. [HR Bukhari, Muslim, dan lainnya. Lihat Shifat Shalat Nabi, hlm. 165-166, karya Al Albani, Maktabah Al Ma'arif].

Dan termasuk shalawat yang disyari'atkan, yaitu shalawat yang biasa diucapkan dan ditulis oleh Salafush Shalih.

Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad hafizhahullah berkata, ”Salafush Shalih, termasuk para ahli hadits, telah biasa menyebut shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut (nama) beliau, dengan dua bentuk yang ringkas, yaitu:

صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (shalallahu 'alaihi wa sallam) dan

عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ ('alaihish shalaatu was salaam).

Alhamdulillah, kedua bentuk ini memenuhi kitab-kitab hadits. Bahkan mereka menulis wasiat-wasiat di dalam karya-karya mereka untuk menjaga hal tersebut dengan bentuk yang sempurna. Yaitu menggabungkan antara shalawat dan permohonan salam atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Fadh-lush Shalah 'Alan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 15, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad]

b. Shalawat Yang Tidak Disyari'atkan.
Yaitu shalawat yang datang dari hadits-hadits dha'if (lemah), sangat dha'if, maudhu' (palsu), atau tidak ada asalnya. Demikian juga shalawat yang dibuat-buat (umumnya oleh Ahli Bid'ah), kemudian mereka tetapkan dengan nama shalawat ini atau shalawat itu. Shalawat seperti ini banyak sekali jumlahnya, bahkan sampai ratusan. Contohnya, berbagai shalawat yang ada dalam kitab Dalailul Khairat Wa Syawariqul Anwar Fi Dzikrish Shalah 'Ala Nabiyil Mukhtar, karya Al Jazuli (wafat th. 854H). Di antara shalawat bid'ah ini ialah shalawat Basyisyiyah, shalawat Nariyah, shalawat Fatih, dan lain-lain. Termasuk musibah, bahwa sebagian shalawat bid'ah itu mengandung kesyirikan. [1]

2. Cara mengamalkan shalawat yang benar berdasarkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:

a. Shalawat yang dibaca adalah shalawat yang disyari'atkan, karena shalawat termasuk dzikir, dan dzikir termasuk ibadah. Bukan shalawat bid'ah, karena seluruh bid'ah adalah kesesatan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Dzikir-dzikir dan do’a-do’a termasuk ibadah-ibadah yang paling utama. Sedangkan ibadah dibangun di atas ittiba' (mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ). Tidak seorangpun berhak men-sunnah-kan dari dzikir-dzikir dan do’a-do’a yang tidak disunnahkan (oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), lalu menjadikannya sebagai kebiasaan yang rutin, dan orang-orang selalu melaksanakannya. Semacam itu termasuk membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak diizinkan Allah. Berbeda dengan do’a, yang kadang-kadang seseorang berdo’a dengannya dan tidak menjadikannya sebagai sunnah (kebiasaan).” [Dinukil dari Fiqhul Ad'iyah Wal Adzkar, 2/49, karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr].

b. Memperbanyak membaca shalawat di setiap waktu dan tempat, terlebih-lebih pada hari jum'ah, atau pada saat disebut nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan lain-lain tempat yang disebutkan di dalam hadits-hadits yang shahih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa memohonkan shalawat atasku sekali, Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. [HR Muslim, no. 408, dari Abu Hurairah].

c. Tidak menentukan jumlah, waktu, tempat, atau cara, yang tidak ditentukan oleh syari'at.
Seperti menentukan waktu sebelum beradzan, saat khathib Jum'at duduk antara dua khutbah, dan lain-lain.

d. Dilakukan sendiri-sendiri, tidak secara berjama'ah.
Karena membaca shalawat termasuk dzikir dan termasuk ibadah, sehingga harus mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sepanjang pengetahuan kami, tidak ada dalil yang membenarkan bershalawat dengan berjama'ah. Karena, jika dilakukan berjama'ah, tentu dibaca dengan keras, dan ini bertentangan dengan adab dzikir yang diperintahkan Allah, yaitu dengan pelan.

e. Dengan suara sirr (pelan), tidak keras.
Karena membaca shalawat termasuk dzikir. Sedangkan di antara adab berdzikir, yaitu dengan suara pelan, kecuali ada dalil yang menunjukkan (harus) diucapkan dengan keras. Allah berfirman,

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [Al A’raf : 205].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Oleh karena itulah Allah berfirman:
وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ (dan dengan tidak mengeraskan suara), demikianlah, dzikir itu disukai tidak dengan seruan yang keras berlebihan.” [Tafsir Ibnu Katsir].

Al Qurthubi rahimahullah berkata,”Ini menunjukkan, bahwa meninggikan suara dalam berdzikir (adalah) terlarang.” [Tafsir Al Qurthubi, 7/355].

Muhammad Ahmad Lauh berkata,”Di antara sifat-sifat dzikir dan shalawat yang disyari'atkan, yaitu tidak dengan keras, tidak mengganggu orang lain, atau mengesankan bahwa (Dzat) yang dituju oleh orang yang berdzikir dengan dzikirnya (berada di tempat) jauh, sehingga untuk sampainya membutuhkan dengan mengeraskan suara.” [Taqdisul Asy-khas Fi Fikrish Shufi, 1/276, karya Muhammad Ahmad Lauh].

Abu Musa Al Asy'ari berkata.

لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَوْ قَالَ لَمَّا تَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ النَّاسُ عَلَى وَادٍ فَرَفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيرِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ وَأَنَا خَلْفَ دَابَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَنِي وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ لِي يَا عَبْدَاللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi atau menuju Khaibar, orang-orang menaiki lembah, lalu mereka meninggikan suara dengan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illa Allah. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Pelanlah, sesungguhnya kamu tidaklah menyeru kepada yang tuli dan yang tidak ada. Sesungguhnya kamu menyeru (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia bersama kamu (dengan ilmuNya, pendengaranNya, penglihatanNya, dan pengawasanNya, Pen.).” Dan saya (Abu Musa) di belakang hewan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mendengar aku mengatakan: Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kemudian beliau bersabda kepadaku,”Wahai, Abdullah bin Qais (Abu Musa).” Aku berkata,”Aku sambut panggilanmu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Maukah aku tunjukkan kepadamu terhadap satu kalimat, yang merupakan simpanan di antara simpanan-simpanan surga?" Aku menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah. Bapakku dan ibuku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda,”Laa haula wa laa quwwata illa billah.” [HR Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704].

3. Membaca shalawat tidak boleh sambil diiringi rebana (alat musik), karena hal ini termasuk bid'ah. Perbuatan ini mirip dengan kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang-orang Shufi. Mereka membaca qasidah-qasidah atau sya'ir-sya'ir yang dinyanyikan dan diringi dengan pukulan stik, rebana, atau semacamnya. Mereka menyebutnya dengan istilah sama' atau taghbiir.

Berikut ini di antara perkataan ulama Ahlus Sunnah yang mengingkari hal tersebut.

Imam Asy Syafi'i berkata,”Di Iraq, aku meninggalkan sesuatu yang dinamakan taghbiir. [2] (Yaitu) perkara baru yang diada-adakan oleh Zanadiqah (orang-orang zindiq ; menyimpang), mereka menghalangi manusia dari Al Qur'an.” [3]

Imam Ahmad ditanya tentang taghbiir, beliau menjawab,”Bid'ah.” [Riwayat Al Khallal. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 163].

Imam Ath Thurthusi, tokoh ulama Malikiyah dari kota Qurthubah (wafat 520 H); beliau ditanya tentang sekelompok orang (yaitu orang-orang Shufi) di suatu tempat yang membaca Al Qur'an, lalu seseorang di antara mereka menyanyikan sya'ir, kemudian mereka menari dan bergoyang. Mereka memukul rebana dan memainkan seruling. Apakah menghadiri mereka itu halal atau tidak? (Ditanya seperti itu) beliau menjawab,”Jalan orang-orang Shufi adalah batil dan sesat. Islam itu hanyalah kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Adapun menari dan pura-pura menampakkan cinta (kepada Allah), maka yang pertama kali mengada-adakan adalah kawan-kawan Samiri (pada zaman Nabi Musa). Yaitu ketika Samiri membuatkan patung anak sapi yang bisa bersuara untuk mereka, lalu mereka datang menari di sekitarnya dan berpura-pura menampakkan cinta (kepada Allah). Tarian itu adalah agama orang-orang kafir dan para penyembah anak sapi. Adapun majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya penuh ketenangan, seolah-olah di atas kepala mereka dihinggapi burung. Maka seharusnya penguasa dan wakil-wakilnya melarang mereka menghadiri masjid-masjid dan lainnya (untuk menyanyi dan menari, Pen). Dan bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidaklah halal menghadiri mereka. Tidak halal membantu mereka melakukan kebatilan. Demikian ini jalan yang ditempuh (Imam) Malik, Asy Syafi'i, Abu Hanifah, Ahmad dan lainnya dari kalangan imam-imam kaum muslimin.” [Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 168-169]

Imam Al Hafizh Ibnu Ash Shalaah, imam terkenal penulis kitab Muqaddimah 'Ulumil Hadits (wafat th. 643 H); beliau ditanya tentang orang-orang yang menghalalkan nyanyian dengan rebana dan seruling, dengan tarian dan tepuk-tangan. Dan mereka menganggapnya sebagai perkara halal dan qurbah (perkara yang mendekatkan diri kepada Allah), bahkan (katanya sebagai) ibadah yang paling utama. Maka beliau menjawab: Mereka telah berdusta atas nama Allah Ta'ala. Dengan pendapat tersebut, mereka telah mengiringi orang-orang kebatinan yang menyimpang. Mereka juga menyelisihi ijma'. Barangsiapa yang menyelisihi ijma', (ia) terkena ancaman firman Allah:

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. [An Nisa:115] [4]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Dan telah diketahui secara pasti dari agama Islam, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyari'atkan kepada orang-orang shalih dan para ahli ibadah dari umat beliau, agar mereka berkumpul dan mendengarkan bait-bait yang dilagukan dengan tepuk tapak-tangan, atau pukulan dengan kayu (stik), atau rebana. Sebagaimana beliau tidak membolehkan bagi seorangpun untuk tidak mengikuti beliau, atau tidak mengikuti apa yang ada pada Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Beliau tidak membolehkan, baik dalam perkara batin, perkara lahir, untuk orang awam, atau untuk orang tertentu.” [5]

Demikianlah penjelasan kami, semoga menghilangkan kebingungan saudara. Alhamdulillah Rabbil 'alamin, washalatu wassalaamu 'ala Muhammad wa 'ala ahlihi wa shahbihi ajma'in.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VII/1420H/1999M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Lihat Mu'jamul Bida', hlm. 345-346, karya Syaikh Raid bin Shabri bin Abi ‘Ulfah; Fadh-lush Shalah 'Alan Nabi n , hlm. 20-24, karya Syaikh Abdul Muhshin bin Hamd Al 'Abbad; Minhaj Al Firqah An Najiyah, hlm. 116-122, karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu; Sifat Shalawat & Salam Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 72-73, karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir bin Abdat
[2]. Sejenis sya'ir berisi anjuran untuk zuhud di dunia yang dinyanyikan oleh orang-orang Shufi, dan sebagian hadirin memukul-mukulkan kayu pada bantal atau kulit sesuai dengan irama lagunya
[3]. Riwayat Ibnul Jauzi, dalam Talbis Iblis; Al Khallal dalam Amar Ma'ruf, hlm. 36; dan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah, 9/146. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 163.
[4]. Fatawa Ibnu Ash Shalah, 300-301. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 169
[5]. Majmu' Fatawa, 11/565. Dinukil dari kitab Tahrim Alat Ath-Tharb, hlm. 165

adapted; http://almanhaj.or.id/content/3275/slash/0/bagaimana-cara-shalawat-yang-sesuai-sunnah-dan-bolehkah-shalawat-diiringi-dengan-rebana/